Gadis itu masih termenung
dibalik jendela rumahnya. Pesona taman Belanda yang ada di rumahnya tak mampu
menyentil rasa tak sabarnya menunggu surat-surat dengan isi yang ia
tunggu-tunggu. Bukan, bukan surat cinta. Melainkan surat jawaban dari seluruh
penjuru dunia tentang artikel yang ia cantumkan di koran pagi seminggu yang
lalu. Prangko. Seorang gadis muda yang
begitu menyukai gambar-gambar unik yang biasa disisipkan di amplop surat. Dia
bukan tipe seorang gadis yang senang berdiam diri sambil bermain boneka
layaknya seorang anak gadis seperti biasanya. Ia lebih suka menikmati harumnya
pohon kelengkeng ayahnya saat musim panen tiba. Ia senang memanjat sendiri
dengan kaki-kaki mungilnya untuk menikmati sebuah—atau mungkin banyak—kelengkeng
yang nikmat rasanya. Namun hari ini berbeda. Bukan saatnya untuk memetik
kelengkeng-kelengkeng itu. Mereka semua masih bersembunyi dibalik ketersipuan
benih-benih muda. Hari ini gadis itu menunggu prangko yang telah ia pinta
kepada dunia, sesama filatelis seperti dirinya. Walaupun dia sendiri masih
amatir dalam bidang itu.
Penantian yang panjang itu
terbalas oleh suara langkah ibu yang berlari kearahnya sambil menimang beberapa
buah kertas ditangannya. Sang gadis itu kegirangan. Ia pun berlari mengejar
ibunya. Mereka membuka satu persatu amplop tersebut. ‘To: Laura’ begitulah yang
tergores di amplop-amplop itu. Sang gadis itu membaca surat itu sambil
tangannya menderetkan prangko-prangko yang telah disisipkan oleh pengirim
surat-surat itu. Ada seorang lelaki yang mengiriminya prangko dan uang 10$
untuk membalas suratnya yang datangnya dari negeri Paman Sam. Ada pula
orang-orang yang lebih tua yang mengirim prangko pada sang gadis. Laura,
begitulah biasa gadis kecil itu dipanggil, begitu girang dapat menaruh
prangko-prangko itu di album foto yang dikhususkan untuk menaruh koleksinya. Album
bersampul coklat yang dibelikan ibunya di ulang tahunnya yang ke 7. Album
prangko pertamanya. Sang ibu tersenyum bahagia, melihat putri sulungnya
menggambar perasaan bahagia pada mata cokelatnya.
Tinggallah sebuah surat
yang masih tergeletak dilantai. Belum tersentuh apalagi dibuka. Sang ibu
membiarkan Laura membuka surat terakhir untuk dirinya. Laura merobek kertas
amplop itu pelan-pelan. Dan didalamnya dia menemukan sebuah surat, dengan
beberapa prangko disisipkan didalamnya. Seorang lelaki bernama Tommy
mengiriminya surat itu. Surat yang ditulis tangan dengan tulisan yang indah dan
aroma pena yang masih kental itu, berisi surat perkenalan diri yang Laura pun tak
pernah menyadari akan membawanya kesini. Kesaat dimana perjuangannya berbuah
manis menuju jalanan cinta.
Laura tumbuh menjadi gadis yang mandiri, berjalan
sendiri di realita dunia tanpa bayang-bayang orang tuanya. Ia bertemu Tommy,
seorang lelaki yang berjangka sembilan tahun darinya. Seorang yang pendiam namun
penuh kejutan. Laura tak pernah menyangka, artikel yang ia kirim di koran dan
kecintaannya ia pada prangko telah membawanya menemui Tommy, yang sekarang
berubah menjadi seseorang tempat dimana Laura berbagi nafasnya. Aku senang
mendengar kisah mereka. Entah itu kisah yang bahagia atau yang menghasilkan air
mata. Kisah mereka begitu menarik untuk didengar. Laura pernah bercerita padaku
bahwa semua yang terjadi adalah takdir, namun aku tak mempercayainya. Hingga
pada akhirnya pada suatu malam Kamis—malam dimana ia selalu bercerita padaku
dan terkadang memberikan celotehan tentang arti kehidupan—ia menceritakan
sebuah kisah yang mengubah definisi takdir dalam diriku selama-lamanya.
Malam itu hujan. Kami sedang duduk di sofa kesayangan
kami. Suatu hal yang kami sering perebutkan untuk mendudukinya. Namun, malam
ini kami memutuskan untuk berbagi singgasana. Awalnya kami berdua menikmati
acara TV yang hampir setiap malam selalu muncul di kotak ajaib itu. Kami
awalnya terdiam. Tenggelam dalam dengungan televisi dimalam hari. Hingga
akhirnya aku bercerita pada Laura, tentang hari-hari burukku di sekolah. Ia
mendengarkan seksama. Ia hanya terdiam dan sesekali mengangguk. Setelah aku
benar-benar selesai, ia menjawab cerita dan pertanyaanku perlahan, seraya
menyisipkan kata-kata mutiara sebagai bekal hidupku mendatang.
Lalu dia mulai menceritakan masa lalunya, tentang
seseorang bernama Tommy. Ia benar-benar bercerita dari awal mereka tahu satu
sama lain. Hingga menceritakan perjuangannya melawan arus kehidupan bersamanya.
Aku menyimak ceritanya, cerita yang mungkin sudah diceritakannya ribuan kali.
Namun, tiap kali dia menceritakannya kembali, selalu ada cerita baru yang
dikupas olehnya. Aku tak berkomentar, hingga akhirnya dia menceritakan
asal-muasal darimana ibunya mendapat namanya, Laura.
Pada suatu sore, dimana matahari bersinar begitu
terangnya. Laksana dirinya tak mau kembali menari didalam mimpinya, hanya
semalam saja. Matahari rasanya menolak untuk pergi. Masih setia menemani
seorang perempuan yang sedang bergumam sendirian sambil ditemani radio tua yang
diliput debu. Sang angin masih menemaninya juga, mendampingi wanita ini merajut
sebuah baju. Baju untuk putri kecil yang belum dimilikinya itu. Ia sudah
memimpikan untuk memiliki anak Hawa. Namun Tuhan belum mengijinkan impiannya
bertemu realita. Belum, belum saatnya. Ia masih merajut sebuah baju cantik
dengan benang merah dan oranye, warna senada dengan sang senja. Alunan lagu
yang ia dengar dari radio silih berganti. Ia menunggu lagu kesukaannya beralun
di udara. Hingga tepat saat matahari pergi meninggalkannya, ia akhirnya
mendengar lagu kesukaannya. Tell Laura I
Love Her. Sebuah lagu cinta tragis namun memiliki makna yang ia senangi.
Tentang cinta sejati. Saat itu juga, saat bulan meninggikan kedudukannya di
langit hitam, ia bergumam. Kali ini lebih mirip sebuah janji. Ia bergumam, jika
suatu hari ia memiliki seorang hawa mungil, ia akan menamainya Laura. Dan dari
detik itu, janjinya ia ikat. Di sebuah bintang berkedip tersipu, di sebuah
keheningan malam, dan wajahnya yang diterangi rembulan malam.
Laura tersadar dari gema memori masa lalunya. Ia kembali
bercerita tentang lagu yang membuatku penasaran setengah mati, Tell Laura I Love Her. Sebuah lagu cinta
yang jarang kutemui, yaitu kisah cinta tragis antara dua orang sejoli. Antara
Laura dan lelaki idamannya. Rasa penasaran inilah yang akhirnya membuatku
menelusur jejaring internet karena rasanya tak mungkin menemukan lagu ini di
toko-toko kaset biasa, apalagi matahari sudah tertidur lelap di khatulistiwa.
Dan akhirnya, rasa penasaranku terjawab sudah. Namun memunculkan tanda tanya
baru saat aku memahami bait demi bait lagu tersebut.
Laura and Tommy were lovers
He wanted to give her everything
Flowers, presents, but most of all, a wedding ring
He wanted to give her everything
Flowers, presents, but most of all, a wedding ring
He saw a sign for a stock car race
A thousand dollar prize it read
He couldn't get Laura on the phone
So to her mother, Tommy said
Tell Laura I love her
Tell Laura I need her
Tell Laura I may be late
I've something to do, that cannot wait
He drove his car to the racing grounds
He was the youngest driver there
The crowed roared as they started the race
Around the track they drove at a deadly pace
No one knows what happened that day
Or how his car overturned in flames
But as they pulled him from the twisted wreck
With his dying breath, they heard him say
Tell Laura I love her
Tell Laura I need her
Tell Laura not to cry
My love for her will never die
Now in the chapel where Laura prays
For her poor Tommy, who passed away
It was just for Laura he lived and died
Alone in the chapel she can hear him cry
He couldn't get Laura on the phone
So to her mother, Tommy said
Tell Laura I love her
Tell Laura I need her
Tell Laura I may be late
I've something to do, that cannot wait
He drove his car to the racing grounds
He was the youngest driver there
The crowed roared as they started the race
Around the track they drove at a deadly pace
No one knows what happened that day
Or how his car overturned in flames
But as they pulled him from the twisted wreck
With his dying breath, they heard him say
Tell Laura I love her
Tell Laura I need her
Tell Laura not to cry
My love for her will never die
Now in the chapel where Laura prays
For her poor Tommy, who passed away
It was just for Laura he lived and died
Alone in the chapel she can hear him cry
Sebuah hal tragis yang
terjadi pada Tommy, sang cintanya. Dan, coba tebak, ternyata Laura memiliki isi
hati yang perlu dikumandangkan juga.
Tommy
my sweetheart is gone now
He's up in heaven somewhere
So little star high above
If you see Tommy tell him of my love.
Tell Tommy I love him
Tell Tommy I miss him
Tell him though I may try
My love for him will never die.
He drove his car in that stockcar race
To win money so we could wed
He wanted so much to make me his wife
Now our love lives on though he lost his life.
I'm so lonely without him near
Oh, how I miss his warm embrace
I'll love no other I want him to know
Oh, little star please tell him so.
Tell Tommy I love him
Tell Tommy I miss him
Tell him though I may try
My love for him will never die.
Although he wanted to give me the world
Why did he do such a reckless thing
Little star he should have realized
I was richer than a queen when he looked into my eyes.
He's up in heaven somewhere
So little star high above
If you see Tommy tell him of my love.
Tell Tommy I love him
Tell Tommy I miss him
Tell him though I may try
My love for him will never die.
He drove his car in that stockcar race
To win money so we could wed
He wanted so much to make me his wife
Now our love lives on though he lost his life.
I'm so lonely without him near
Oh, how I miss his warm embrace
I'll love no other I want him to know
Oh, little star please tell him so.
Tell Tommy I love him
Tell Tommy I miss him
Tell him though I may try
My love for him will never die.
Although he wanted to give me the world
Why did he do such a reckless thing
Little star he should have realized
I was richer than a queen when he looked into my eyes.
Tell
Tommy I love him
Tell Tommy I miss him
Tell him though I may try
My love for him will never die.
Tell Tommy I miss him.
Tell Tommy I miss him...
Tell Tommy I miss him
Tell him though I may try
My love for him will never die.
Tell Tommy I miss him.
Tell Tommy I miss him...
Laura selalu membiarkan air matanya berlinang setiap ia
mendengar lagu itu dilantunkan. Ia berucap padaku, ia memiliki suatu perasaan
takut yang merasuk tengkuknya, jikalau Tommy miliknya mengalami hal yang sama
dengan lagu yang berkumandang itu. Namun ia juga mengerti tentang jalan hidup
yang berujung pada kematian. Ia mengerti, hanya tak mau membiarkan Tommy
miliknya pergi.
Melihatnya berlinang air mata, aku pun juga ikut
tenggelam dalam lautan air mata. Aku adalah orang yang tak pernah bisa melihat
orang lain bersedih. Itu sebabnya aku dikenal sebagai pribadi yang humoris. Aku
selalu ingin menggurat senyuman di wajah setiap orang, tanpa memedulikan
kebahagiaan diriku sendiri.
Setelah mendengar cerita Laura, aku mulai mempercayai bahwa takdir itu benar adanya. Ada disekeliling kita. Berterbangan bagai partikel udara untuk memberi cuplikan tentang masa depan. Diriku, yang dahulu tak percaya akan takdir cinta, seakan dibuat tersentak dengan kisah kedua manusia fana ini, Tommy dan Laura.
Happy
15th Wedding Anniversary for Tommy and Laura
October
15th, 2013
New
York, US

No comments:
Post a Comment