01/10/2013

Paradoks

Suatu waktu menari dengan hujan, sesekali melukis indahnya matahari
Sehari menari dengan seribu tangan, semalaman menari diatas lantai dansa
Sehari berkicau bagai burung beo, sekejap diam dalam renungan hati
Hari ini mengendarai mobil mewah, esoknya berjalan diatas tumpukan sampah
Kadang tertawa lepas, tiba-tiba berlinang dalam air mata
Suatu saat hiperaktif, sekejap menjadi terdiam seperti tak bertenaga
Suatu hari bergosip dengan kaum Hawa, beberapa saat bersepeda dengan kaum Adam
Selang siang mencekik dompet, saat malam menghambur uang
Redup seperti sang malam, namun cerah bagai lampu sorot panggung
Sejenak bertegur sapa, tiba-tiba membenci dibelakang
Sesekali memamerkan kekuatan, lain waktu tersipu-sipu dengan talenta
Berani bagai satria baja hitam, tapi penakut dalam hati
Ingin mencoba, tak ingin mengambil resiko
Sewaktu-waktu terbang layak malaikat, berubah menjadi iblis tak berhati
Sesekali tentram dan bahagia, kadang terluka dan hancur
Suatu masa kita bergandengan tangan, tiba-tiba menjauh bagai orang asing

Perubahan.

No comments:

Post a Comment