28/10/2013

You got me in a labyrinth of love
Where every step is full of surprises
Every turn remains unknown
New person come and go easily
To help or to made lost
Sometimes sadness is your serenade
But it is worth the sincere happiness
What makes me play this game?
It is the fact that you are in this labyrinth, too
Tied with confusion and blinded with hesitation
I do not need no map nor magic
I know I will find you
Because you are my serendipity
And we just the victims of the goddess of love
That stuck in a skinny love

17/10/2013

Nyaris

Malam purnama yang indah ini kujadikan pelarian realita. Sesekali aku mencoba merasakan indahnya lampu-lampu kota, berbaur dengan sekumpulan orang asing, menukar kertas nilai itu dengan sekedar pengganjal perut. Waktu nampak terlepas dari jadwalnya saat kami dipersatukan. Tawa canda dan gosip konyol terlempar bebas dari satu mulut ke mulut yang lain. Lepas saja, tak ada yang dikurung rasa takut apalagi malu. Aku tahu aku akan merindukan saat-saat seperti ini. Namun, masa lalu harus tetap berada pada masanya. Aku tak dapat memutar, memperlambat, apalagi menghentikan Sang Waktu. Pada akhirnya, yang dapat kita perbuat adalah hidup disetiap detik yang berlalu itu tanpa penyesalan sedikitpun. Pada akhirnya, kita harus berpisah, ya?

Aneh. Disaat aku merasa kita akan melambaikan tangan, kita malah tak pernah mengucap kata perpisahan itu. Disaat kita seharusnya terpisah di persimpangan jalan berbatu itu, kalian malah mencoba untuk menghindari kata berpisah itu. Trik yang bagus, namun tak semudah itu mengakali Sang Waktu. Aku tahu akan menyakitkan untuk mengucap kata itu. Jadi daripada mengucap selamat tinggal, aku mengucap ‘Sampai Bertemu Lagi’. Motor itu melaju dengan angin malam, meninggalkanku dalam dekapan  Sang Purnama dan baju hangat ungu yang membalut tubuhku. Namun pada saat itu, aku yakin, cepat atau lambat, kita akan dipertemukan oleh Sang Waktu.


Tunggu saja.

Aphrodite

Mungkin kamu tak ada. Mungkin kamu hanya sepenggal aksara yang terjebak dalam sebuah buku mitos dan fiksi. Atau mungkin kamu nyata, sedang berada disuatu tempat diantara dimensi waktu untuk menyaksikan para manusia menjalankan realita. Yang jelas, diantara kata ‘mungkin’ yang melayang dalam benakku, aku yakin kamu ada. Tanpa suatu tempat yang pasti, tanpa waktu yang pasti, tanpa wujud yang pasti. Kamu ada disana, entah sedang menyamar sebagai manusia fana untuk menutupi jati dirimu sebenarnya atau berkelana dalam wujudmu yang sesungguhnya.

Aku tahu kita sering bertemu. Diriku ini sering terjatuh dan terbangun dalam balutan cerita cinta. Memang itu hobimu, bukan? Untuk membuat setiap cerita cinta lebih menarik dari sebelumnya. Mengaduk-aduk alur dan plot yang awalnya mengalir dengan sempurna. Membuatku memiliki perasaan yang tak tenang ini setiap aku sedang berjalan untuk bertemu dengan bunga tidurku. Tetapi tak apa. Aku malah ingin mengucapkan terima kasih kepadamu untuk setiap cerita yang kau rangkai dengan tanganmu yang serapuh porcelain pada makan malam Thanksgiving. Setiap cerita itu membuatku belajar tentang definisi cinta sesungguhnya. Tentang memberikan hatiku dengan tulus, tanpa meminta balasan. Ya, terima kasih.

Pada akhirnya, aku tak dapat memusnahkan gravitasi untuk membuatku tak terjatuh dalam buaiannya. Aku tak dapat menghindari cinta. Aku tak dapat menghentikan pekerjaanmu sebagai penyatu dua insan yang berbeda. Aku pun tak dapat mengambil nyawamu, kamu ini mortal dan aku pun bukan Sang Penguasa Alam. Jadi, aku akan membiarkanmu melayang bebas. Hingga suatu hari akhirnya kita akan bertemu lagi. Pertanda cerita cinta yang baru akan segera dimulai. Namun untuk yang satu ini, untuk lelaki yang menjadi alasanku untuk tersenyum saat ini, aku memintamu untuk memberi Sang Cinta waktu.



Aphrodite | Aph-ro-di-te

The Greek goddess of love and beauty. Identified by the Romans with Venus.

15/10/2013

Blume

People are like flowers
They have interesting colors to discover
They are all beautiful, yet fragile
Some people got brighter colors
That caught other people’s attention
Some people got torns and dark colors
Who remains untouched and mysterious
Some flowers are made to be the trendsetter
To be the cynosure
Others are made to be the silent witness of history
To be what we called the wallflower
What’s define people and flower
Is the fact that people killed the flowers
Because they think the flowers are beautiful
But people killed themselves
Because they think they don’t

Tell Laura I Love Her

           Gadis itu masih termenung dibalik jendela rumahnya. Pesona taman Belanda yang ada di rumahnya tak mampu menyentil rasa tak sabarnya menunggu surat-surat dengan isi yang ia tunggu-tunggu. Bukan, bukan surat cinta. Melainkan surat jawaban dari seluruh penjuru dunia tentang artikel yang ia cantumkan di koran pagi seminggu yang lalu.  Prangko. Seorang gadis muda yang begitu menyukai gambar-gambar unik yang biasa disisipkan di amplop surat. Dia bukan tipe seorang gadis yang senang berdiam diri sambil bermain boneka layaknya seorang anak gadis seperti biasanya. Ia lebih suka menikmati harumnya pohon kelengkeng ayahnya saat musim panen tiba. Ia senang memanjat sendiri dengan kaki-kaki mungilnya untuk menikmati sebuah—atau mungkin banyak—kelengkeng yang nikmat rasanya. Namun hari ini berbeda. Bukan saatnya untuk memetik kelengkeng-kelengkeng itu. Mereka semua masih bersembunyi dibalik ketersipuan benih-benih muda. Hari ini gadis itu menunggu prangko yang telah ia pinta kepada dunia, sesama filatelis seperti dirinya. Walaupun dia sendiri masih amatir dalam bidang itu.

            Penantian yang panjang itu terbalas oleh suara langkah ibu yang berlari kearahnya sambil menimang beberapa buah kertas ditangannya. Sang gadis itu kegirangan. Ia pun berlari mengejar ibunya. Mereka membuka satu persatu amplop tersebut. ‘To: Laura’  begitulah yang tergores di amplop-amplop itu. Sang gadis itu membaca surat itu sambil tangannya menderetkan prangko-prangko yang telah disisipkan oleh pengirim surat-surat itu. Ada seorang lelaki yang mengiriminya prangko dan uang 10$ untuk membalas suratnya yang datangnya dari negeri Paman Sam. Ada pula orang-orang yang lebih tua yang mengirim prangko pada sang gadis. Laura, begitulah biasa gadis kecil itu dipanggil, begitu girang dapat menaruh prangko-prangko itu di album foto yang dikhususkan untuk menaruh koleksinya. Album bersampul coklat yang dibelikan ibunya di ulang tahunnya yang ke 7. Album prangko pertamanya. Sang ibu tersenyum bahagia, melihat putri sulungnya menggambar perasaan bahagia pada mata cokelatnya.

           Tinggallah sebuah surat yang masih tergeletak dilantai. Belum tersentuh apalagi dibuka. Sang ibu membiarkan Laura membuka surat terakhir untuk dirinya. Laura merobek kertas amplop itu pelan-pelan. Dan didalamnya dia menemukan sebuah surat, dengan beberapa prangko disisipkan didalamnya. Seorang lelaki bernama Tommy mengiriminya surat itu. Surat yang ditulis tangan dengan tulisan yang indah dan aroma pena yang masih kental itu, berisi surat perkenalan diri yang Laura pun tak pernah menyadari akan membawanya kesini. Kesaat dimana perjuangannya berbuah manis menuju jalanan cinta.



           Laura tumbuh menjadi gadis yang mandiri, berjalan sendiri di realita dunia tanpa bayang-bayang orang tuanya. Ia bertemu Tommy, seorang lelaki yang berjangka sembilan tahun darinya. Seorang yang pendiam namun penuh kejutan. Laura tak pernah menyangka, artikel yang ia kirim di koran dan kecintaannya ia pada prangko telah membawanya menemui Tommy, yang sekarang berubah menjadi seseorang tempat dimana Laura berbagi nafasnya. Aku senang mendengar kisah mereka. Entah itu kisah yang bahagia atau yang menghasilkan air mata. Kisah mereka begitu menarik untuk didengar. Laura pernah bercerita padaku bahwa semua yang terjadi adalah takdir, namun aku tak mempercayainya. Hingga pada akhirnya pada suatu malam Kamis—malam dimana ia selalu bercerita padaku dan terkadang memberikan celotehan tentang arti kehidupan—ia menceritakan sebuah kisah yang mengubah definisi takdir dalam diriku selama-lamanya.

           Malam itu hujan. Kami sedang duduk di sofa kesayangan kami. Suatu hal yang kami sering perebutkan untuk mendudukinya. Namun, malam ini kami memutuskan untuk berbagi singgasana. Awalnya kami berdua menikmati acara TV yang hampir setiap malam selalu muncul di kotak ajaib itu. Kami awalnya terdiam. Tenggelam dalam dengungan televisi dimalam hari. Hingga akhirnya aku bercerita pada Laura, tentang hari-hari burukku di sekolah. Ia mendengarkan seksama. Ia hanya terdiam dan sesekali mengangguk. Setelah aku benar-benar selesai, ia menjawab cerita dan pertanyaanku perlahan, seraya menyisipkan kata-kata mutiara sebagai bekal hidupku mendatang.

           Lalu dia mulai menceritakan masa lalunya, tentang seseorang bernama Tommy. Ia benar-benar bercerita dari awal mereka tahu satu sama lain. Hingga menceritakan perjuangannya melawan arus kehidupan bersamanya. Aku menyimak ceritanya, cerita yang mungkin sudah diceritakannya ribuan kali. Namun, tiap kali dia menceritakannya kembali, selalu ada cerita baru yang dikupas olehnya. Aku tak berkomentar, hingga akhirnya dia menceritakan asal-muasal darimana ibunya mendapat namanya, Laura.


           Pada suatu sore, dimana matahari bersinar begitu terangnya. Laksana dirinya tak mau kembali menari didalam mimpinya, hanya semalam saja. Matahari rasanya menolak untuk pergi. Masih setia menemani seorang perempuan yang sedang bergumam sendirian sambil ditemani radio tua yang diliput debu. Sang angin masih menemaninya juga, mendampingi wanita ini merajut sebuah baju. Baju untuk putri kecil yang belum dimilikinya itu. Ia sudah memimpikan untuk memiliki anak Hawa. Namun Tuhan belum mengijinkan impiannya bertemu realita. Belum, belum saatnya. Ia masih merajut sebuah baju cantik dengan benang merah dan oranye, warna senada dengan sang senja. Alunan lagu yang ia dengar dari radio silih berganti. Ia menunggu lagu kesukaannya beralun di udara. Hingga tepat saat matahari pergi meninggalkannya, ia akhirnya mendengar lagu kesukaannya. Tell Laura I Love Her. Sebuah lagu cinta tragis namun memiliki makna yang ia senangi. Tentang cinta sejati. Saat itu juga, saat bulan meninggikan kedudukannya di langit hitam, ia bergumam. Kali ini lebih mirip sebuah janji. Ia bergumam, jika suatu hari ia memiliki seorang hawa mungil, ia akan menamainya Laura. Dan dari detik itu, janjinya ia ikat. Di sebuah bintang berkedip tersipu, di sebuah keheningan malam, dan wajahnya yang diterangi rembulan malam.


           Laura tersadar dari gema memori masa lalunya. Ia kembali bercerita tentang lagu yang membuatku penasaran setengah mati, Tell Laura I Love Her. Sebuah lagu cinta yang jarang kutemui, yaitu kisah cinta tragis antara dua orang sejoli. Antara Laura dan lelaki idamannya. Rasa penasaran inilah yang akhirnya membuatku menelusur jejaring internet karena rasanya tak mungkin menemukan lagu ini di toko-toko kaset biasa, apalagi matahari sudah tertidur lelap di khatulistiwa. Dan akhirnya, rasa penasaranku terjawab sudah. Namun memunculkan tanda tanya baru saat aku memahami bait demi bait lagu tersebut.

Laura and Tommy were lovers
He wanted to give her everything
Flowers, presents, but most of all, a wedding ring

He saw a sign for a stock car race
A thousand dollar prize it read
He couldn't get Laura on the phone
So to her mother, Tommy said

Tell Laura I love her
Tell Laura I need her
Tell Laura I may be late
I've something to do, that cannot wait

He drove his car to the racing grounds
He was the youngest driver there
The crowed roared as they started the race
Around the track they drove at a deadly pace

No one knows what happened that day
Or how his car overturned in flames
But as they pulled him from the twisted wreck
With his dying breath, they heard him say

Tell Laura I love her
Tell Laura I need her
Tell Laura not to cry
My love for her will never die

Now in the chapel where Laura prays 
For her poor Tommy, who passed away
It was just for Laura he lived and died
Alone in the chapel she can hear him cry



Sebuah hal tragis yang terjadi pada Tommy, sang cintanya. Dan, coba tebak, ternyata Laura memiliki isi hati yang perlu dikumandangkan juga.


Tommy my sweetheart is gone now
He's up in heaven somewhere
So little star high above
If you see Tommy tell him of my love.

Tell Tommy I love him
Tell Tommy I miss him
Tell him though I may try
My love for him will never die.

He drove his car in that stockcar race
To win money so we could wed
He wanted so much to make me his wife
Now our love lives on though he lost his life.

I'm so lonely without him near
Oh, how I miss his warm embrace
I'll love no other I want him to know
Oh, little star please tell him so.

Tell Tommy I love him
Tell Tommy I miss him
Tell him though I may try
My love for him will never die.

Although he wanted to give me the world
Why did he do such a reckless thing
Little star he should have realized
I was richer than a queen when he looked into my eyes.


Tell Tommy I love him
Tell Tommy I miss him
Tell him though I may try
My love for him will never die.

Tell Tommy I miss him.
Tell Tommy I miss him...

           Laura selalu membiarkan air matanya berlinang setiap ia mendengar lagu itu dilantunkan. Ia berucap padaku, ia memiliki suatu perasaan takut yang merasuk tengkuknya, jikalau Tommy miliknya mengalami hal yang sama dengan lagu yang berkumandang itu. Namun ia juga mengerti tentang jalan hidup yang berujung pada kematian. Ia mengerti, hanya tak mau membiarkan Tommy miliknya pergi.

           Melihatnya berlinang air mata, aku pun juga ikut tenggelam dalam lautan air mata. Aku adalah orang yang tak pernah bisa melihat orang lain bersedih. Itu sebabnya aku dikenal sebagai pribadi yang humoris. Aku selalu ingin menggurat senyuman di wajah setiap orang, tanpa memedulikan kebahagiaan diriku sendiri.

           Setelah mendengar cerita Laura, aku mulai mempercayai bahwa takdir itu benar adanya. Ada disekeliling kita. Berterbangan bagai partikel udara untuk memberi cuplikan tentang masa depan. Diriku, yang dahulu tak percaya akan takdir cinta, seakan dibuat tersentak dengan kisah kedua manusia fana ini, Tommy dan Laura.





Happy 15th Wedding Anniversary for Tommy and Laura
October 15th, 2013

New York, US

09/10/2013

A New Day

I was lost in confusion
Until you took my hand and show me the way
I was drowned in the sea of tears
Until you came and taught me how to swim
I was washed with the rain
Until you came and be my umbrella
I was trapped in the past
Until you unlocked the key to the future
I was blinded with the fame and money
Until you turned off the lights
I was an average girl having an average life
Until I found you

04/10/2013

Mengapa Aku Tidak?

Sang cahaya saja bisa membiaskan satu warna menjadi keselarasan pelangi.
Mengapa kita tidak?

Pohon beringin yang sudah tua itu saja masih dapat berdiri tegak melawan hembusan angin.
Mengapa kita tidak?

Dedaunan musim gugur saja dapat menari gemulai dengan getaran badai.
Mengapa kita tidak?

Ombak samudra saja dapat mengalunkan melodi dalam hening malam.
Mengapa kita tidak?

Sang waktu saja dapat sejenak berhenti untuk membiarkan kedua bola mata untuk menikmati langit sore.
Mengapa kita tidak?

Burung gereja saja bisa terbang bebas menembus angkasa.
Mengapa kita tidak?

Anggur yang berumur ratusan tahun dan terpendam dalam liputan debu saja masih terkecap nikmat.
Mengapa kita tidak?

Kamu saja dapat mencuri hatiku yang rapuh ini.
Mengapa aku tidak?

01/10/2013

Puncak

Lelah rasanya menghadapi dunia. Menghadapi realita. Menghadapi sosialita. Sampai-sampai di Selasa sore ini, disaat jam tanganku menunjuk kearah angka lima lebih dua puluh tiga menit, aku masih terbalut lengkap dalam seragam sekolahku. Aku malah mencoba lari dari realita. Mencoba kabur dari rangkaian rumus dan teori dalam buku-buku tebal itu. Aku pikir matahari yang kemerahan dan gradasi warna biru, jingga, ungu, dan kuning itu lebih indah dibanding realita.

Dari balik ranting-ranting kering aku mengintip dunia. Dari ketinggian aku menikmati semua ini. Bagaimana anak-anak lelaki berkejaran dengan rambut mereka yang kecoklatan terkena sinar matahari senja. Bagaimana seekor anjing dan majikannya sedang menikmati jalan sore ditemani dengan sang angin yang malu-malu. Bagaimana sebuah pesawat terbang bebas diatas kepalaku. Meninggalkan dengungan yang memekakkan telinga. Bagaimana suara jalan berbatu saat mobil-mobil melindasnya. Hal-hal kecil yang sangat sederhana namun kadang menjadi alasan untuk kembali bernafas setiap harinya.

Dari atas sini aku melihat. Dari atas sini aku mendengar. Dari atas sini aku merasakan. Dan aku bahagia.

Paradoks

Suatu waktu menari dengan hujan, sesekali melukis indahnya matahari
Sehari menari dengan seribu tangan, semalaman menari diatas lantai dansa
Sehari berkicau bagai burung beo, sekejap diam dalam renungan hati
Hari ini mengendarai mobil mewah, esoknya berjalan diatas tumpukan sampah
Kadang tertawa lepas, tiba-tiba berlinang dalam air mata
Suatu saat hiperaktif, sekejap menjadi terdiam seperti tak bertenaga
Suatu hari bergosip dengan kaum Hawa, beberapa saat bersepeda dengan kaum Adam
Selang siang mencekik dompet, saat malam menghambur uang
Redup seperti sang malam, namun cerah bagai lampu sorot panggung
Sejenak bertegur sapa, tiba-tiba membenci dibelakang
Sesekali memamerkan kekuatan, lain waktu tersipu-sipu dengan talenta
Berani bagai satria baja hitam, tapi penakut dalam hati
Ingin mencoba, tak ingin mengambil resiko
Sewaktu-waktu terbang layak malaikat, berubah menjadi iblis tak berhati
Sesekali tentram dan bahagia, kadang terluka dan hancur
Suatu masa kita bergandengan tangan, tiba-tiba menjauh bagai orang asing

Perubahan.