14/09/2013

Malam Minggu Priska

Malam minggu itu memang sudah berciri khas dengan dua insan muda—atau tua—pergi berdua untuk sekedar makan malam, temu kangen, dan menonton film di bioskop. Klasik.

              Tapi malam ini aku duduk sendiri di balkon kamarku yang berdebu karena cuaca. Menari bersama hujan malam yang menyebabkan tubuh ini menggigil. Hanya ditemani oleh netbook yang baterainya sekarat, telepon genggamku yang kuotanya hampir habis, lagu sendu, dan nyamuk-nyamuk yang kian lama kian menggangu. Aku bukan galau, tidak. Hanya kebetulan saja aku menangis di malam minggu, ditengah hujan malam yang suaranya membuatku sedikit tenang. Ya, kebetulan.

             Mungkin alam memang sudah mengerti hatiku sepenuhnya. Ia selalu berusaha menghiburku, disaat makhluk-makhluk lain satu-persatu pergi. Meninggalkanku, menyakitiku, melukai batinku. Melupakan fakta bahwa gadis muda yang satu ini juga punya hati dan perasaan. Membicarakan hal ini memang tak akan pernah ada habisnya. Sampai lelah dan mulutku berbusa pun, mereka tak akan mendengar dan mencoba peduli. Aku memang terlahir untuk sendiri.

              Dan anehnya, musik juga lebih mengerti diriku. Entah bagaimana, tak peduli berapa kali aku mengacak deretan lagu yang kupunya, yang keluar dari pengeras suara itu selalu lagu yang sesuai dengan perasaanku. Dengan cerita hidupku. Tentang cerita seorang gadis yang batinnya terluka dan ingin memiliki hidup normal. Sekali saja.

Namun kalian pasti sedang sibuk, ya? Sedang menggandeng pujaan hati hingga tidak bisa membaca ocehan aksara yang aku susun ini. Ya, aku mengerti. Ini kan, malam minggu.

No comments:

Post a Comment