Sudah terlalu larut untuk melakukan apapun. Matahari pun sedang berdansa dengan bunga tidurnya. Aku masih muncul di permukaan kehidupan, masih belum lelah bermain dengan aksara. Jari-jemari ini masih luwes menari-nari diatas papan jari. Pikiranku masih berkecamuk tak mau diajak beristirahat untuk hitungan jam saja. Sedang tubuh ini lelah, setelah seharian diombang-ambing dalam kemunafikan dunia. Temanku, sang angin, sudah pergi entah kemana. Mungkin terlelap karena seharian penuh menemani kemanapun langkahku pergi. Aku tak tahu pasti apa yang membuatku terbangun disaat aku seharusnya tertidur. Mungkin, memimpikanmu membuatku tersentak. Tanganku menggapai-gapai udara. Apa yang kulakukan? Menangkap mimpi? Walau kutahu mimpi hanyalah partikel yang memenuhi pikiran tanpa sedikitpun dapat kita....sentuh. Sebuah gema memori dan gumam doaku setiap malam. Yang tak henti-hentinya meminta Sang Kuasa hadiah untuk dunia. Perdamaian. Pikiranku berkecamuk mengingat mimpiku yang satu ini belum menemui realita. Selama ini aku hanya mengandalkan hembusan nafasku ditiap kue yang menandakan umurku berkurang ini.
Lalu pemikiran tentang bertambah usia ini menghantui pikiranku. Apa yang membuat orang merayakan 1 tahun berkurangnya umur mereka? Apa perlu kita memberitahukan dunia bahwa kita masih disini, masih terhanyut oleh arus rutinitas dan hal klasik yang tak pernah diubah sejak diri ini pun belum menggenggam nyawa. Apalah arti sebuah atau dua buah angka tanpa kita melakukan perubahan untuk dunia? Kita, tak lama, akan tenggelam ditelan oleh prestasi manusia lain yang ingin tetap mengapung di belantara dunia. Aku semakin tidak memahami dunia dan manusia yang tinggal di dalamnya. Termasuk diriku sendiri.
No comments:
Post a Comment