Ia mengeluarkan foto itu
Untuk yang kesekian kalinya
Ia merindukan rumahnya
Dan makhluk yang hidup di dalam naungannya
Ia ingin semua ini berakhir
Hanyalah sebuah perseteruan tanpa akhir, pikirnya
Suara tembakan melengking di telinganya
Sumbu-sumbu bom mendesir terbakar
Hujan granat dimana-mana
Meninggalkan jiwa-jiwa dalam ledakan raksasa
Dan roh yang melayang-layang bebas di udara
Bingung hendak pergi kemana
Darah berceceran di tempat itu
Bercampur dengan tetesan air mata rindu dan kesakitan
Ia membeku
Senjata yang berada di pangkuannya masih belum melakukan tugasnya
Sedangkan kepanikan mulai menjalari tubuh manusia-manusia yang lain
Namun ia masih merenung tentang siapa dia sebenarnya
Dan apa sebenarnya yang ia lakukan di tempat seperti ini
Tempat yang tak tahu harus dian sebut apa
Neraka? Dendam? Benci? Egois? Ia tak tahu
Yang ia yakini hanyalah dirinya sendiri
Karena apa yang seharusnya ia yakini
Adalah dalang dari semua ini
Ia lelah akan semua itu
Ia ingin mempunyai kekuatan
Kekuatan untuk menghipnotis orang lain dari lantunan kata-kata
Yang keluar dari dalam tenggorokannya
Atau setidaknya menjadi normal
Menatap bintang dan merasakan semilir angin malam
Ia memejamkan matanya, untuk kesekian kalinya dalam hari itu
Ia dapat merasakan sofa empuk yang seharusnya menempel di tubuhnya
Senyuman tersirat di wajahnya
Entah sampai kapan ia harus berkhayal
Demi merasakan apa yang sebenarnya ia hendaki
Hhhhhh, ia menghela napas panjang
Mungkin napas terakhirnya
Sebelum peluru itu merasuk tubuhnya
Dan mengijinkan dirinya pergi ke tempat yang ia idamkan
Akhirnya, ia pergi jua
No comments:
Post a Comment