Tak ada yang dapat menghalangi cahayanya malam ini.
Aku menatapnya bebas dan membiarkan cahayanya menumpahi tubuhku malam ini. Dia masih disitu. Duduk di tempat yang selalu ia singgahi. Menghirup secangkir arabika yang ada dihadapannya. Aku memalingkan wajahku darinya sambil memaksa kakiku untuk beranjak. Malam ini sepi. Sunyi. Senyap. Tak banyak yang dapat kuperbuat. Tak banyak muda-mudi yang biasanya menjadi sasaranku. Sementara aku sendiri berlalu. Melewati pasar malam yang memiliki dunianya sendiri. Berlalu-lalang diterpa angin malam. Sesekali aku mengambil sebuah panah dibelakan punggungku. Memanah setiap orang yang sekiranya membutuhkan cinta di jiwanya. Kekasih yang bertengkar, atau mungkin seseorang yang sedang meragukan cinta. Dewi cinta? Mungkin terlalu tinggi untuk mendefinisikan siapa diriku. Aku hanya sembarang muncul diantara para manusia yang membutuhkan cinta. Menjalankan apa yang seharusnya aku lakukan.
Sesekali aku meluncurkan sebuah panah dari busurku, aku merasa iri dan curiga. Aku ini apa? Membuat orang lain mencinta, sedangkan aku sendiri tidak mengerti apa itu cinta. Aku hampa. Tak merasakan cinta. Padahal aku sang penyebar cinta. Yang tak akan pernah tua ataupun mati. Namun, sudah aku putuskan.
Aku berlari. Membiarkan bulu-bulu di sayapku meninggalkan sarangnya. Terbang entah kemana. Aku sudah tidak peduli akan apa-apa lagi. Langkah ini telah memilih tempatnya. Setelah berlika-liku menembus kelamnya malam, akhirnya aku sampai juga. Ditempat yang seharusnya aku berdiri. Dibalik kaca itu. Dia masih termenung menatap arabikanya. Tak sedikit pun mencuri pandang padaku. Aku menarik napas panjang. Inilah saatnya. Aku menarik panah yang ada di punggungku. Menggengamnya erat. Lalu, aku menjatuhkan panahnya kepada......diriku sendiri. Jika ini sebuah pengorbanan untuk mencicipi rasanya cinta. Namun, apa yang terjadi? Mengapa tubuhku lunglai begini? Oh tidak, tidak! Aku tergeletak diam. Aku tak dapat berpikir apa-apa. Gambarannya yang sedang termenung hilang begitu saja. Malam kian beranjak terang. Mencoba untuk mengantarku pergi. Ah, tunggu!
Jangan biarkan aku pergi tanpa cinta.
Terinspirasi oleh lagu Give Me Love oleh Ed Sheeran
27/02/2013
19/02/2013
Someone Like You
Lupa? Tak akan. Rindu? Itu pasti. Namun, tak ada yang pasti dapat mendefinisikan kamu dipikiranku. Saat itu udara meniup wajahku. Kita berjalan bersampingan. Hanya kesunyian yang muncul. Hanya suara deru mobil yang sesekali menemani kita. Apa kamu masih ingat? Saat kita terbang entah kemana, untuk menyenangkan hati dan pikiran. Tetapi, semua orang tahu bahwa kita bukan orang yang sedang berkasih. Mengingat hal itu, kadang membuatku gundah. Mengingat detik demi detik dan setiap hela nafas yang kulalui bersamamu. Namun, bukan semakin dekat, kita malah pergi menjauh ke jalan yang berbeda. Aku terdiam disini. Menunggu di dunia mimpi. Aku ingin terus bermimpi dan tidak membuka mataku saat sang surya menjelang. Karena dunia realita ini miliknya, namun dunia mimpi adalah milikku. Aku ingin memlikimu, sampai waktu berhenti berdetik. Tetapi tak ada yang abadi. Aku tak dapat menghentikan waktu, walau hanya sesaat. Rasanya mustahil bagi akal sehat ini. Namun, rasa ini masih ada. Masih setia menghuni pojokan hatiku dan menanti-nanti pemiliknya.
Sudah lama sejak saat itu. Gambaran sepia itu masih ada. Tak seperti yang kusangka, kau telah tumbuh begitu dewasa. Dan seiring berjalannya waktu, sudut mimpi di benakmu perlahan mulai memudar. Tergantikan dengan realita dan logika. Kelamaan, cintaku bukan mimpi lagi. Melainkan realita yang tidak dapat kuelakkan. Angin menyampaikan kabar yang dapat kuucap baik atau buruk. Kudengar kau meraih mimpi. Kudengar kau bahagia. Kudengar kau telah memilikinya. Mungkin aku terbang terlalu tinggi. Terlalu jauh menuju ke ruang mimpi. Aku pun tetap bukan pilihanmu. Sebuah hal yang gamblang jika kau lebih memilih realita daripada percaya terhadap setiap mimpi-mimpi yang terkadang melaju bebas di batinmu. Tak apalah, aku pergi. Aku berbisik kecil, seraya memejamkan mataku. 'Berikan yang terbaik untuknya. Biarlah dia tumbuh menjadi suatu kenangan yang tak akan terbenam di dalam memoriku'. Memang benar, aku terlalu banyak berharap. Rasa ini memang nyata. Namun, memilikimu akan selamanya menjadi mimpi.
Sudah lama sejak saat itu. Gambaran sepia itu masih ada. Tak seperti yang kusangka, kau telah tumbuh begitu dewasa. Dan seiring berjalannya waktu, sudut mimpi di benakmu perlahan mulai memudar. Tergantikan dengan realita dan logika. Kelamaan, cintaku bukan mimpi lagi. Melainkan realita yang tidak dapat kuelakkan. Angin menyampaikan kabar yang dapat kuucap baik atau buruk. Kudengar kau meraih mimpi. Kudengar kau bahagia. Kudengar kau telah memilikinya. Mungkin aku terbang terlalu tinggi. Terlalu jauh menuju ke ruang mimpi. Aku pun tetap bukan pilihanmu. Sebuah hal yang gamblang jika kau lebih memilih realita daripada percaya terhadap setiap mimpi-mimpi yang terkadang melaju bebas di batinmu. Tak apalah, aku pergi. Aku berbisik kecil, seraya memejamkan mataku. 'Berikan yang terbaik untuknya. Biarlah dia tumbuh menjadi suatu kenangan yang tak akan terbenam di dalam memoriku'. Memang benar, aku terlalu banyak berharap. Rasa ini memang nyata. Namun, memilikimu akan selamanya menjadi mimpi.
06/02/2013
Harmony
The sea is calm
The tide is full
The moon lies fair
The sea of Faith
Was once, too, at the full, round earth's shore
But now I only hear
Its melancholy, long, withdrawing roar
Retreating to breath
Of the night wind
Down the vast edges
I am a tree
A silent witness of history
For every single day I saw
A perfect picturesqueof sunrise
And the sun will come back to its thorne
Giving birth to every dreams
And gives its sway to the moon
I am a tree
And for the world
I gave my everything
The reality has swept my sanity
I hold out for a long time
Neither peacefullness nor love can make me strong forever
For a moment, I'll stay
To seek my finest day
Before I come back to the eternity
So, let me sleep now
Until the morning come
And potrays me a beautiful sunrise sight
Then I'll say it, with hope
Good Morning
The tide is full
The moon lies fair
The sea of Faith
Was once, too, at the full, round earth's shore
But now I only hear
Its melancholy, long, withdrawing roar
Retreating to breath
Of the night wind
Down the vast edges
I am a tree
A silent witness of history
For every single day I saw
A perfect picturesqueof sunrise
And the sun will come back to its thorne
Giving birth to every dreams
And gives its sway to the moon
I am a tree
And for the world
I gave my everything
The reality has swept my sanity
I hold out for a long time
Neither peacefullness nor love can make me strong forever
For a moment, I'll stay
To seek my finest day
Before I come back to the eternity
So, let me sleep now
Until the morning come
And potrays me a beautiful sunrise sight
Then I'll say it, with hope
Good Morning
Inner Peace
Ia mengeluarkan foto itu
Untuk yang kesekian kalinya
Ia merindukan rumahnya
Dan makhluk yang hidup di dalam naungannya
Ia ingin semua ini berakhir
Hanyalah sebuah perseteruan tanpa akhir, pikirnya
Suara tembakan melengking di telinganya
Sumbu-sumbu bom mendesir terbakar
Hujan granat dimana-mana
Meninggalkan jiwa-jiwa dalam ledakan raksasa
Dan roh yang melayang-layang bebas di udara
Bingung hendak pergi kemana
Darah berceceran di tempat itu
Bercampur dengan tetesan air mata rindu dan kesakitan
Ia membeku
Senjata yang berada di pangkuannya masih belum melakukan tugasnya
Sedangkan kepanikan mulai menjalari tubuh manusia-manusia yang lain
Namun ia masih merenung tentang siapa dia sebenarnya
Dan apa sebenarnya yang ia lakukan di tempat seperti ini
Tempat yang tak tahu harus dian sebut apa
Neraka? Dendam? Benci? Egois? Ia tak tahu
Yang ia yakini hanyalah dirinya sendiri
Karena apa yang seharusnya ia yakini
Adalah dalang dari semua ini
Ia lelah akan semua itu
Ia ingin mempunyai kekuatan
Kekuatan untuk menghipnotis orang lain dari lantunan kata-kata
Yang keluar dari dalam tenggorokannya
Atau setidaknya menjadi normal
Menatap bintang dan merasakan semilir angin malam
Ia memejamkan matanya, untuk kesekian kalinya dalam hari itu
Ia dapat merasakan sofa empuk yang seharusnya menempel di tubuhnya
Senyuman tersirat di wajahnya
Entah sampai kapan ia harus berkhayal
Demi merasakan apa yang sebenarnya ia hendaki
Hhhhhh, ia menghela napas panjang
Mungkin napas terakhirnya
Sebelum peluru itu merasuk tubuhnya
Dan mengijinkan dirinya pergi ke tempat yang ia idamkan
Akhirnya, ia pergi jua
Untuk yang kesekian kalinya
Ia merindukan rumahnya
Dan makhluk yang hidup di dalam naungannya
Ia ingin semua ini berakhir
Hanyalah sebuah perseteruan tanpa akhir, pikirnya
Suara tembakan melengking di telinganya
Sumbu-sumbu bom mendesir terbakar
Hujan granat dimana-mana
Meninggalkan jiwa-jiwa dalam ledakan raksasa
Dan roh yang melayang-layang bebas di udara
Bingung hendak pergi kemana
Darah berceceran di tempat itu
Bercampur dengan tetesan air mata rindu dan kesakitan
Ia membeku
Senjata yang berada di pangkuannya masih belum melakukan tugasnya
Sedangkan kepanikan mulai menjalari tubuh manusia-manusia yang lain
Namun ia masih merenung tentang siapa dia sebenarnya
Dan apa sebenarnya yang ia lakukan di tempat seperti ini
Tempat yang tak tahu harus dian sebut apa
Neraka? Dendam? Benci? Egois? Ia tak tahu
Yang ia yakini hanyalah dirinya sendiri
Karena apa yang seharusnya ia yakini
Adalah dalang dari semua ini
Ia lelah akan semua itu
Ia ingin mempunyai kekuatan
Kekuatan untuk menghipnotis orang lain dari lantunan kata-kata
Yang keluar dari dalam tenggorokannya
Atau setidaknya menjadi normal
Menatap bintang dan merasakan semilir angin malam
Ia memejamkan matanya, untuk kesekian kalinya dalam hari itu
Ia dapat merasakan sofa empuk yang seharusnya menempel di tubuhnya
Senyuman tersirat di wajahnya
Entah sampai kapan ia harus berkhayal
Demi merasakan apa yang sebenarnya ia hendaki
Hhhhhh, ia menghela napas panjang
Mungkin napas terakhirnya
Sebelum peluru itu merasuk tubuhnya
Dan mengijinkan dirinya pergi ke tempat yang ia idamkan
Akhirnya, ia pergi jua
01/02/2013
Lost and Found
The night has come. The infinite sky has shown its reddish purple colour. I steal a glance at my watch. 17:48. I kept on looked the dusk. I was writing my thoughts. As usual, the mother nature always gives me some inspirations. I fell in a long silence. Then i stopped writing. Thought about everything that I've been through. Flashing back the earlier 12 months of memories. I got some values of life from my family. That was the time i realized that this life isn't just about being exist. You need to do something good to the world. My aunt once said that every single thing that we have done is the thing that we'll eventually get in the future. Just like karma. So I believe that everything happends for a reason. And the reason is yourself. Everything that I found in the last year is connected with something that I've done in the past. So yeah, karma did exist.
As I drunk the last drop of my tea, I has lost in the memories in my past. It was like everything came back one more time. As sweet as the tea, as beauty as the moon light, as dark as the night sky. The wind was heaving a lullaby. I took a long deep breathe. I once felt the same feeling like now. The time when you brought me down just like the stars fell from the sky. But, instead of being my best wishes, you came and left me with a broken heart. I found you, but now i lost you. It hurts, but you didn't care at all. You left, life goes on.
Then I snapped out from my daydream.
As I drunk the last drop of my tea, I has lost in the memories in my past. It was like everything came back one more time. As sweet as the tea, as beauty as the moon light, as dark as the night sky. The wind was heaving a lullaby. I took a long deep breathe. I once felt the same feeling like now. The time when you brought me down just like the stars fell from the sky. But, instead of being my best wishes, you came and left me with a broken heart. I found you, but now i lost you. It hurts, but you didn't care at all. You left, life goes on.
Then I snapped out from my daydream.
Subscribe to:
Comments (Atom)