Lebewohl
18/01/2013
Saying Goodbye
Suatu kali aku meragukan kematian. Suatu kali aku menertawakan perpisahan. Namun semua itu berubah, saat Tuhan merenggut nyawa ibuku, orang yang paling kusayangi di dunia ini. Aku tak lagi meragukan maut. Semua tampak begitu nyata. Lalu hujan mulai turun dengan derasnya. Aku mulai membuka foto-foto kenangan yang saat ini diliput debu. Satu foto keluarga besar, yang perlahan-lahan anggotannya mulai meninggalkan dunia ini. Dan aku menyadari. Suatu hari nanti aku pun akan menghilang juga. Meninggalkan secarik foto dengan sebuah nama, tanpa siapapun orang tahu. Lagu selamat tinggal mulai mengalir di pikiranku. Sekilas bayangan hidup mengalir di pikiran. Pada saat nanti, saat tubuh ini menua, dan mataku mulai kabur, yang dapat kulihat hanyalah diriku sendiri. Aku tak mungkin berpegangan pada tulang punggung orang lain. Mereka menghiburku, namun tak bisa memikul bebanku. Tak ada yang mampu menjadi diriku. Aku adalah aku. Dan diri ini tak bisa menghentikan waktu, walau hanya sesaat, untuk mengucap selamat tinggal. Kali ini perpisahan dilambangkan dengan tetes air mata. Aku tak dapat lari kemanapun. Dan pada saat itu, aku merasa perjalananku telah selesai. Aku telah menulis di lembaran terakhir buku sejarahku. Aku harus pergi. Ke alam lain tanpa memori yang tersisa. Tampaknya aku harus mengucap selamat tinggal.
Lebewohl
Lebewohl
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

No comments:
Post a Comment