Dua puluh dua tahun usiaku berjalan, dan sejujurnya aku sangat berharap usiaku tak pernah menyentuh dua putuh tiga. Bukan karena aku takut bertambah tua, atau takut wajahku dipenuhi kerutan, atau ngeri tubuhku digerogoti oleh penyakit yang tak tahu dari mana datangnya (mungkin dari kebiasaanku mengisap rokok, atau mungkin bukan). Aku hanya jenuh mencari jalan untuk memaklumi dunia. Entah cara bekerjanya, atau entitas yang hidup di dalamnya. Kurasa memang tak seharusnya dimaklumi. Namun entah bagaimana orang-orang mampu memilih untuk melakukan hal itu.
Sesungguhnya aku tak ingin menua dengan tubuh yang dipenuhi oleh rasa sabar dan hati yang mampu memaklumi sepenuhnya. Semua tidak baik-baik saja. Mengapa semua orang dapat tidak mengacuhkan hal itu?
Celotehku terdengar seperti anak kecil yang naif. Seperti tidak tahu bagaimana caranya menjadi dewasa dan tumbuh tua hingga ajal menjemput, dan bukan sebaliknya. Mungkin memang aku tidak tahu; atau sejujurnya, aku memang tidak ingin tahu. Nampaknya lebih mudah jika begitu, dan menerima bahwa usiaku telah menginjak dua puluh tiga.
No comments:
Post a Comment