Dunia akan melihat kita sebagai dua insan yang bisu
Aku dan kamu memang tak gemar memuntahkan diksi
Takut jikalau aksara yang membanjiri lantai melukai hati insan yang tak sengaja lewat
Dibalik diam itu ada aku yang menyantap rindu seorang diri
Kemudian ada kamu yang meneguk ucapanmu kembali
Lidahmu kelu, sedang suaraku dikungkung dinding takut yang begitu tinggi
Sesekali mataku tertawan oleh tatapmu
Tembang yang dimainkan merambah masuk ke jiwamu
Lamat-lamat sampai ke hatimu
Sebuah tembang yang mustahil untuk kau lupa
Sesekali jemarimu menghiraukan auraku
Mencoba mengerti dan menggapainya satu-persatu
Jika begitu aku pasti luruh
Malu menjelma menjadi nelangsa
Kubiarkan merah darah menyaru dengan lembayung senja
Mencipta tragedi yang dicinta ribuan pasang mata muda-mudi
Sedang aku dan kamu masih juga bungkam
Kita lalu belajar untuk bercakap dalam sunyi
Untuk kemudian mencinta dalam diam
No comments:
Post a Comment