05/04/2013

Punctum Remotum

Kamu. Tak akan pernah ada ujungnya menyusun aksara untuk mendefinisikannya. Kamu adalah bunga pertama yang lahir diawal matahari musim semi. Kamu adalah bayangan hangat yang menemaniku di musim panas. Kamu adalah helai daun terakhir yang melayang diantara semilir angin musim gugur. Dan kamu adalah tetes salju pertama yang jatuh diatas anganku. Layaknya musim, kamu berubah, menjauh, dan dinanti. Layaknya remaja lain, tumbuh benih-benih keingintahuan di benakmu, yang perlahan tumbuh menjadi tindakan. Kamu adalah mimpi burukku yang terindah, kesalahan yang tak terlupakan, dan kenangan yang tak pernah kusesali. Aku tak peduli, jika kehadiranmu malah membuat diriku dipenjarai oleh jeruji air mata. Aku memaksa anganku untuk tak percaya, bahwa kamu hanyalah sebuah dongeng belaka. Karena suatu hari nanti, kita akan tersingkir, dilupakan, dan hanya akan menjadi sebuah mitos yang mengalun diantara telinga anak-anak kecil yang masih polos dan dirudung rasa penasaran akan cerita yang bahkan tak nyata.

Aku tak menggenggammu. Lalu apa? Kamu bukan seekor peliharaan yang harus kukekang dengan status cinta palsu. Kamu adalah kamu. Makhluk yang sebebas-bebasnya menyayangi atau disayangi. Bahkan arak-arakan awan sekalipun tak dapat menghalangi cahayamu. Kamu menyaksikan apa itu cinta, merasakannya dalam hatimu. Kamu tahu, kamu ingin terlibat didalam kisahnya. Kamu ingin mencari sosok itu. Seseorang yang berada di bunga tidurmu. Seseorang yang juga nyata. Tanpa kau sadari, seseorang menatapmu penuh harap. Dari kedua bola matanya terpancar keinginan untuk memangku perasaanmu yang rapuh. Tak sempat kamu menoleh kebelakang, menyadari kehadiranku, kau menemukannya. Gadis dengan senyuman malu-malu diwajahnya. Kamu meraih tangannya, berjanji takkan melepasnya.

Saat itulah, saat dimana matahari berada diujung jalan, aku pun bersiap untuk pergi juga. Cintaku telah pergi, menghilang dari ujung pandangku.

No comments:

Post a Comment