29/04/2013

Roman

Saat perasaan ini hinggap di bahuku
Aku terlempar kembali ke masa lalu
Masa dimana aku adalah bunga tidurmu
Dan saat dimana aku melukiskan senyummu didalam benakku
Kembali lagi aku pada masa
Kamu membiarkanku menangis
Dan pergi berkelana
Jauh, keujung mataku
Tanpa mengecup selamat tinggal

Hari-hari berlalu
Daun-daun berguguran
Hendak pergi mencari jalan pulang
Hatiku masih sepi
Masih karut mencari-cari serpihan hati yang lain
Langkah demi langkah
Aku memungut hatiku yang rusak

Saat itulah aku melihat bintang berkelip
Tepat di bola matamu
Mencoba untuk memperbaiki hatiku
Yang berubah menjadi kepingan yang hilang

Jadi saat perasaan ini menghinggapiku
Aku terdiam
Mencoba untuk tak membuatnya pergi
Akan kujaga kau, cinta

11/04/2013

Refleksi

Selalu ada langit tak berwarna
dan perempuan yang menulis dibawahnya
hurufnya luka

        Avianti Armand (Buku Harian)

Senja ini seakan menua
Melunturkan warna-warna mudanya
Yang biasa kukagumi tanpa bosan
Dibawah langit yang mengabu
Anganku keluar dari sangkarnya
Lebih tepatnya, mencoba kabur
Berkelana menembus awan kelabu
Mencari temannya, kebahagiaan
Yang akhir-akhir ini perlahan berdenyar hilang
Dari seorang gadis muda
Yang sedang mencari-cari rumah untuk bersinggah
Disaat dunia sedang berkecamuk badai
Ia sendiri, menggigil, namun tak bersedih
Hanya bimbang menghantui jiwanya
Ia tak hentinya meyakinkan dirinya sendiri
Bahwa ia tak kesepian
Namun, realita berkata lain

Aku tersentak, melihat langit masih sendu
Tak mampu aku menghiburnya
Jadi aku hanya terdiam sendiri, tertunduk
Mulai menyusun kata, seperti biasa
Yang kulihat hanya secarik kertas pudar
Dengan aksara yang menangis
Gadis itu kesepian

05/04/2013

Punctum Remotum

Kamu. Tak akan pernah ada ujungnya menyusun aksara untuk mendefinisikannya. Kamu adalah bunga pertama yang lahir diawal matahari musim semi. Kamu adalah bayangan hangat yang menemaniku di musim panas. Kamu adalah helai daun terakhir yang melayang diantara semilir angin musim gugur. Dan kamu adalah tetes salju pertama yang jatuh diatas anganku. Layaknya musim, kamu berubah, menjauh, dan dinanti. Layaknya remaja lain, tumbuh benih-benih keingintahuan di benakmu, yang perlahan tumbuh menjadi tindakan. Kamu adalah mimpi burukku yang terindah, kesalahan yang tak terlupakan, dan kenangan yang tak pernah kusesali. Aku tak peduli, jika kehadiranmu malah membuat diriku dipenjarai oleh jeruji air mata. Aku memaksa anganku untuk tak percaya, bahwa kamu hanyalah sebuah dongeng belaka. Karena suatu hari nanti, kita akan tersingkir, dilupakan, dan hanya akan menjadi sebuah mitos yang mengalun diantara telinga anak-anak kecil yang masih polos dan dirudung rasa penasaran akan cerita yang bahkan tak nyata.

Aku tak menggenggammu. Lalu apa? Kamu bukan seekor peliharaan yang harus kukekang dengan status cinta palsu. Kamu adalah kamu. Makhluk yang sebebas-bebasnya menyayangi atau disayangi. Bahkan arak-arakan awan sekalipun tak dapat menghalangi cahayamu. Kamu menyaksikan apa itu cinta, merasakannya dalam hatimu. Kamu tahu, kamu ingin terlibat didalam kisahnya. Kamu ingin mencari sosok itu. Seseorang yang berada di bunga tidurmu. Seseorang yang juga nyata. Tanpa kau sadari, seseorang menatapmu penuh harap. Dari kedua bola matanya terpancar keinginan untuk memangku perasaanmu yang rapuh. Tak sempat kamu menoleh kebelakang, menyadari kehadiranku, kau menemukannya. Gadis dengan senyuman malu-malu diwajahnya. Kamu meraih tangannya, berjanji takkan melepasnya.

Saat itulah, saat dimana matahari berada diujung jalan, aku pun bersiap untuk pergi juga. Cintaku telah pergi, menghilang dari ujung pandangku.