'Aku tak mampu melakukan hal itu'
Sang pria yang sedang ditatapnya menghentikan pekerjaannya
Ia menatap sang dara
'Bahkan kau pun belum mencoba'
Dara itu menarik napas panjang
Seakan dunianya mulai binasa
'Membayangkannya saja membuatku lemah'
Pria menjawab 'Demi seonggok nasi dan hembusan kehidupan
Apalah artinya berpura-pura'
*
Lampu sorot mulai dinyalakan. Jeritan disana-sini. Bubuk bedak berserakan. Ketegangan bertebaran layaknya partikel kecil di udara. Sang dara berniat untuk bungkam. Mencoba bertahan seperti batu karang. Namun dayanya tak kuat. Ia lemah. Terbawa arus hingga sampai menginjak kaki di lantai kayu yang rapuh ini. Raganya terbang entah kemana. Sepasang mata bertindak mencari sang pria idamannya itu. Ia menemukan dirinya dipaksa masuk ke remang malam
*
Aku tak dapat melakukan apa-apa lagi
Inilah hidup kita sekarang
Wajah kita yang dipoles dengan kefanaan temporer
Inilah dunia kita. Panggung sandiwara'
Lampu sorot menyilaukan pandangan
Sang dara kaku
Tak mampu bicara apalagi bergerak
Si pria melepaskan genggamannya
Lalu ia pergi menjauh
Pria itu menorehkan senyumannya
Mungkin senyuman tulus terakhir yang akan dilihatnya
Mereka bukan siapa-siapa lagi disini, sang dara menyadari
Ia memalsukan sebuah senyuman
Beranjak dan pergi
Ia menuju panggung sandiwara
