04/10/2020

Rintik

Dahulu kita hanya hanya dapat bersua di penggalan tahun. Kadang lebih dari itu, jika aku beruntung. Namun sekarang rasanya tak ada yang pasti lagi, dan aku tak tahu harus merasa bahagia atau merana karena itu.

Tak semua orang menyukaimu. Mungkin kau tak mawas dengan hal itu (atau memilih untuk tak peduli, seperti biasanya). Aku diam-diam tahu karena aku sering menyaksikan bagaimana raut mereka terkeluk sesaat setelah kau hadir di hadapan mereka. Terlebih jika kau datang tanpa permisi. Kadang aku harus meminta maaf akan sikapmu yang seperti itu. Nampaknya kau harus lebih mendalami sopan santun dan tata krama.

Sebenarnya aku mengerti mengapa mereka bertingkah seperti itu. Mereka tak suka jika hari-harinya kau usik karena akuilah, entah hadirmu hanya sekadar singgah, atau menetap sampai larut, pasti ada saja petaka yang kau bawa untuk mereka. Terkadang aku juga mengalami hal yang sama. Walau begitu, rasa cintaku ini masih sama saja. Mungkin benar yang orang katakan; cinta itu buta, dan mungkin sedikit dungu.

Terkadang cintaku padamu dipertanyakan validasinya. Tentu oleh insan-insan yang tak menyukaimu. Mereka tak habis pikir, bagaimana aku masih tetap mencintaimu disaat dirimu merusak apa yang aku kenakan. Aku bilang, “Tak apa. Kulitku ini jarang tersentuh oleh apapun dan siapapun. Rasanya agak kesepian, dan sentuhannya benar-benar membuatku merasa tidak sendiri.” Aku meninggalkan bagian bagaimana kau sering menutupi air mataku. Rasanya terlalu sentimental untuk dibagi.

Kemudian mereka kembali bertanya, “Jika kau benar-benar mencintainya, lalu mengapa masih melindungi dirimu dari dirinya?” Aku terdiam; tidak mau munafik bahwa dalam hari-hari tertentu, aku mengurungkan niat untuk bertemu denganmu, bahkan sangat amat melindungi diriku dari sentuhanmu. Alasanku sebenarnya sama dengan orang-orang yang tak menyukaimu. Terkadang aku tak ingin kau menghancurkanku. Tubuhku sering tak sanggup menghadapimu.  Itu sebabnya aku mengerti mengapa mereka tak menyukaimu.

Aku masih mencintaimu. Bagaimana aku tidak? Bahagiaku sering datang bersamamu. Senduku reda karenamu. Namun tampaknya aku tak bisa benar-benar mencintaimu secara utuh.

No comments:

Post a Comment