"Lama sekali kau melukis," tutur sang istri jengkel sembari menaruh secangkir kopi hitam. Kesukaan suaminya.
"Sebentar lagi juga rangkum. Lagi pula aku tak suka diburu-buru.". Sang surya sudah tak nampak. Namun tangan sang suami masih saja dinodai cat akrilik dengan warna tak karuan. Tak heran jika sang istri gusar.
"Kamu melukis apa lagi memangnya?" Sang istri mencuri-curi pandang pada kanvas yang ada di hadapan suaminya. Penasaran dengan apapun yang lebih menarik waktu dan mata suaminya daripada kehadirannya.
Tak disangka ia mendapati potret dirinya; duduk manis dengan tangan terlipat dan senyum tipis, lengkap dengan mengenakan kebaya hijau favoritnya. Ia tak kuasa menahan senyum, dan sang suami pun tersipu malu.
"Mau kau beri judul apa lukisan ini?"
"'Tanpa Judul' saja. Lebih baik begitu," jawabnya tenang. Sang istri langsung memasang wajah jengkel. Tak terima jika suatu hari orang melihat lukisan ini dalam sebuah pameran tanpa mengetahui bahwa itu merupakan potret diri istri dari pelukis tersebut. Namun sang suami menarik tangan sang istri. Sebuah senyuman tergurat di wajahnya.
"Tanpa judul bukan berarti tanpa arti."
-Galeri Nasional, 24 November 2017