Karena gelapnya malam, wajahnya mulai samar terlihat. Namun masih jelas kulihat matanya yang terpaku pada bulan purnama malam itu. Sesekali ia mengabadikannya dalam pengingat memori yang tanpa lelah melingkari lehernya. "Ia cantik sekali malam ini," ucapnya, terpukau dengan Sang Purnama.
"Ia bagai mutiara yang bersinar malam ini. Mungkin ia sedang memakai gaun terbaiknya," jawabku. "Mungkin Dewi Selene mengingat hari jadi sepasang sejoli yang jatuh tepat pada hari ini. Mungkin alam pun ingin ikut merayakannya bersama kita."
Aku melihat senyuman mengembang diwajahnya. Setelah menghabiskan sehari penuh bersama pencuri hatiku ini, aku tidak merasa lelah sedikitpun. Dan nampaknya alam pun ikut berbahagia bersama kami. Ternyata benar, jika kamu tersenyum, maka dunia pun akan ikut tersenyum bersamamu.
"Kau tahu? Ini hadiah terbaik yang pernah kudapat." Ia menggenggam tanganku, sambil masih terpaku dengan malam. "Selamat hari jadi. Kau tahu aku mencintaimu, bukan?" ucapnya. Aku tertawa kecil. Masih merasakan gelitik tak kasat mata setiap ia mengucap kata cinta.
"Ke bulan dan kembali."
