31/05/2014

Cerita Malam

Matahari telah pergi dari singgasananya. Telah berganti dengan Dewi Selene yang bertengger manis diantara kegelapan malam. Dan aku masih tetap disini. Belum beranjak seinci pun dari dekapannya.

Karena gelapnya malam, wajahnya mulai samar terlihat. Namun masih jelas kulihat matanya yang terpaku pada bulan purnama malam itu. Sesekali ia mengabadikannya dalam pengingat memori yang tanpa lelah melingkari lehernya. "Ia cantik sekali malam ini," ucapnya, terpukau dengan Sang Purnama.

"Ia bagai mutiara yang bersinar malam ini. Mungkin ia sedang memakai gaun terbaiknya," jawabku. "Mungkin Dewi Selene mengingat hari jadi sepasang sejoli yang jatuh tepat pada hari ini. Mungkin alam pun ingin ikut merayakannya bersama kita."

Aku melihat senyuman mengembang diwajahnya. Setelah menghabiskan sehari penuh bersama pencuri hatiku ini, aku tidak merasa lelah sedikitpun. Dan nampaknya alam pun ikut berbahagia bersama kami. Ternyata benar, jika kamu tersenyum, maka dunia pun akan ikut tersenyum bersamamu.

"Kau tahu? Ini hadiah terbaik yang pernah kudapat." Ia menggenggam tanganku, sambil masih terpaku dengan malam. "Selamat hari jadi. Kau tahu aku mencintaimu, bukan?" ucapnya. Aku tertawa kecil. Masih merasakan gelitik tak kasat mata setiap ia mengucap kata cinta.

"Ke bulan dan kembali."



26/05/2014

You, Me, and The Sky

He was the sun
Signs of a new day 
Remains in the daylight 
She was the moon
Dark and full of mystery
Placed in the cold night sky

Each and every night 
The sun died just to let
The moon rise and alive 

But the star-crossed lovers know
That they never meant for each other
Regardless, they love each other
More than they love the faith.




07/05/2014

Titik.

                Aku sering takut untuk menikmati indahnya matahari senja. Karena kutau yang kunikmati itu hanya sekejap mata. Tak bertahan hingga selamanya. Tak lama matahari senja pun akan berganti gilir dengan lekukan bulan dan taburan bintang. Dan saat aku ingin menikmatinya, tak lama sang fajar akan menggantikannya. Salah satu ketakutan terbesarku, akhir.

                Layaknya sebuah titik dalam sebuah kalimat, sebuah akhir itu memang akan mengakhiri segalanya. Dan aku selalu takut akan hal itu. Seperti tepukan tangan riang saat orang-orang menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Seberapapun meriahnya, akan ada satu orang yang akhirnya berhenti untuk menepukkan tangannya itu. Atau bagaimana dengan saat-saat bahagia? Pasti akan ada saat dimana tawa itu akan terhenti. Dimana tidak ada lagi yang mencoba untuk menghibur satu sama lain. Dimana pembicaraan akan terhenti pada seseorang, tanpa ada seorang lagi yang berusaha untuk melanjutkannya. Ya, semua itu akan berakhir.

               Memang, setiap awalan pasti akan ada akhir. Karena memang sebelum kau memulai sesuatu, kau secara tidak sadar telah mengambil resiko untuk bertemu dengan akhir. Menghindarinya memang bisa, tapi entah bagaimana kau akan bertemu dengannya lagi. Seperti aku ini. Aku sedang menarik-narik ide entah darimana untuk membuat tanganku tetap mengetik dan membiarkan tulisan ini terurai tanpa akhir. Namun, pasti kau akan bosan membacanya. Maka dari itu, aku sudahi saja gumamku ini.