20/06/2013

Isä

Hari-hari lalu itu takkan pernah kulupakan
Hari dimana sayapmu mengembang
Hari dimana senyum bahagia nan tulus itu masih menggantung di wajahmu
Lalu, semua tertelan begitu saja
Hilang diantara kebisingan dunia
Malaikatmu telah tiada
Terbang ke surga, tempat dimana dia seharusnya berada

Sejak itu kau memijak sendiri
Bertualang dengan bayangmu
Seiring waktu berjalan, kita terpisah
Oleh jarak dan realita
Meninggalkan tali silaturahmi tergantung rapuh
Berdebu dan dilupakan
Namun, entah bagaimana
Tali itu masih ada, masih tersambung diantara kita
Dengan cinta dan kenangan

Mungkin jarak memisah kita
Mungkin kita tak lagi bersama
Mungkin semua tak seperti dulu lagi
Namun, satu yang aku janjikan
Selama jiwa masih menggenggam raga
Selama akal ini masih waras
Disaat semua rasa memilih untuk pergi
Satu rasa yang akan selalu tinggal di dalam hatiku
Cinta

Love you, dad


My dad and his famous 'thumb up' style 

Dedicated to my dad. A single parent, an optimistic, a friend, and most of all, a father. Happy Birthday 

P.S. His birthday is actually in 15th of June. I wrote this poem in 15th of June. But i just don't have much time to post it on my blog. But here it is! 

Nothing Like Us

It's my birthday. But i forgot how old was i 
going to be. Still, i was tring to copy my dad's 
'thumb-up' style

On my 5th Birthday. Me and my sister tried to copied his 
'thumb-up' style


Kinda forget where we took this pic. But there i was.
Trying to be some kind of cavalier on my dad's shoulder 


Z

Satu hal yang kutahu tentang keberuntungan. Kau tidak dapat mengaturnya. Memilih mana yang kau suka atau kau mau. Pun kau tak dapat mengejarnya. Karena keberuntungan laksana kupu-kupu. Sekali kau kejar, takkan pernah kau dapatkan.

Suatu malam aku berlutut. Membisikkan pinta hati kepada Sang Pengatur. 'Berikan yang terbaik untukku'. Sambil memejam mata, aku tak mengharap apapun. Kecuali yang terbaik. Hanya yang terbaik.

Hari berlalu, musim berganti. Hujan badai dibarengi terik matahari. Aku hampir melupakan sepenggal bait doaku itu. Kupikir Ia tak menjawabnya. Kupikir aku terlalu berdosa untuk didengar. Kupikir Ia tak mendengar seorang gadis penyendiri ini.

Lalu datang hari dimana sesuatu memaksa diriku bangkit. Memaksa kakiku melangkah pergi. Untuk mencapai satu titik. Untuk mengabulkan getaran hati. Tak kuduga, dalam satu titik ini, setelah melewati hari-hari sunyi dan detik waktu kesendirian, aku menemukan doaku. Aku menemukanmu.